Hakikat Manusia dalam Islam; By Prima, Karin, Nabila & Zahra
8 November 2007 — tafany

> 8 Definisi Manusia Menurut al- Toumy al- Syaibani

1. Manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia di muka bumi.
2. Manusia sebagai khalifah di muka bumi.
3. insan makhluk sosial yang berbahasa.
4. insan mempunyai tiga dimensi yaitu: badan, akal dan ruh
5. insan dengan seluruh perwatakannya dan ciri pertumbuhannya adalah hasil pencapaian 2 faktor, yaitu faktor warisan dan lingkungan
6. manusia mempunyai motivasi, kecenderungan dan kebutuhan awal baik yang diwarisi mauun yang diperoleh dalam proses sosialisasi.
7. manusia mempunyai perbedaan sifat antara yang satu dengan yang lainnya.
8. insan mempunyai sifat luwes, lentur, bisa dibentuk , bisa diubah.

> Hakikat manusia dalam islam Hakikat manusia menurut Allah adalah makhluk yang dimuliakan, dibebani tugas, bebas memilih dan bertanggung jawab.

1. Makhluuq (yang diciptakan)

a. Berada dalam fitrah Fitrah dapat membawa manusia ke arah kebaikan misalnya hati nurani dapat membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk. [QS Ar Ruum:30]b. Lemah Sebagai makhluk, manusia juga lemah karena manusia juga diciptakan dengan keterbatasan akal dan fisik. [QS An Nisaa’:48]c. Bodoh Beban amanat yang begitu besar dari Allah, diterima oleh manusia, disaat makhluk lainnya tidak menyanggupi amanat tersebut karena beratnya amanat tersebut. [QS Al Ahzab;72]d. Memiliki kebutuhan Sebagai makhluk yang terbatas secara fisik dan kemampuan. Maka sangat mungkin manusia memiliki kebutuhan atau kehendak kepada Allah. [QS Faathir:15]

1. Mukarram (yang dimuliakan)

a. Ditiupkan ruh [QS As Sajdah:9]b. Diberi keistimewaan [QS Al Isra:70]c. Ditundukkan alam untuknya . Semua alam ini termasuk dengan isinya ini Allah peruntukkan untuk manusia. [QS Al Jaatsiyah:12-13]

1. Mukallaf (yang mendapatkan beban)

a. Ibadah Manusia secara umum diciptakan oleh Allah untuk beribadah sebagai konsekuensi dari kesempurnaan yang diperolehnya. [QS Adz Dzaariyaat:56]b. Khilafah Allah mengetahui siapa sebenarya manusia, sehingga Allah tetap menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi walaupun malaikat tidak setuju. [QS Al Baqarah:30]

1. Mukhayyar (yang bebas mamilih)

Manusia diberi kebebasan memilih untuk beriman atau kafir pada Allah. [QS Al kahfi :29]

1. Majziy (yang mendapat balasan)

a. Surga Manusia diminta pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang dilakukannya, Allah menyediakan surga untuk mereka yang beriman dan beramal soleh yaitu mereka yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. [QS As Sajdah:19, Al Hajj:14]b. Neraka Balasan di akhirat terhadap perbuatan manusia adalah bentuk keadilan yang Allah berikan di akhirat. Mereka yang tidak menjalankan perintah Allah mendapatkan hukuman yang setimpal yaitu dimasukkan ke dalam neraka. [QS As Sajdah:20]> Pertanyaan-pertanyaan · Apakah menurut anda tugas manusia sebagai Khilafah sudah terlaksana? Jawab: Ya dan tidak, di satu sisi ada manusia yang berbuat kerusakan dan pertumpahan darah dimana-mana. Namun ditempat lain manusia berusaha menjaga dan menjalankan amanah yang Allah berikan kepadanya.· Mengapa Allah ciptakan surga & neraka? Mengapa Allah tidak menciptakan hukuman yang lebih edukatif saja? Jawab: Allah ciptakan surga dan neraka karena memang segala sesuatu ada pasangannya. Sama seperti gelap dan terang, jika dipikirkan lebih dalam, sesungguhnya gelap itu tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana ketiadaan cahaya, dalam arti lain terang. Maka mengapa Allah ciptakan neraka? Tentu saja agar setiap orang dapat merasakan ganjaran atas sesuatu yang telah ia lakukan. Jika Allah hanya menciptakan surga, tanpa neraka. Maka tidak ada seorang pun yang mengerti hakikat kenikmatan-kenikmatan yang Allah berikan di surga. Lalu mengapa Allah tidak memberiakan hukuman yang lebih edukatif dari pada imbalan surga dan neraka? Bukankah sudah cukup peringatan yang Allah berikan selama seseorang hidup di dunia? Allah sudah memberikan peringatan langsung melalui Al Qur’an. Tak hanya itu saja, Allah juga telah memberikan peringatan untuk siapapun yang berpikir.· Mengapa ibadah disebut sebagai beban? Jadi, manusia beribadah hanya karena beban? Jawab: Allah menurunkan ibadah sebagai beban bagi manusia, sebagai syarat kesempurnaan seorang manusia. Mengapa disebut sebagai syarat kesempurnaan? Karena manusia memiliki hawa nafsu yang mendorong seseorang manusia untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hati nuraninya. Namun ketika seorang manusia tetap melakukan ibadah, walaupun memiliki hawa nafsu, di sanalah nilai kesempurnaannya.Manusia memang Allah berikan beban untuk beribadah, namun bagaimana menyikapinya, itu adalah urusan manusia, apakah ia menganggapnya sebagai beban atau sebagai sebuah kebutuhan.

PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI

PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi

Dosen Agustina Zubair

Prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi mempunyai uraian yang beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh masing-masing pakar. Istilah prinsip oleh William B. Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi. Larry A.Samovar dan Richard E.Porter menyebutnya karakteristik komunikasi. Deddy Mulyana, Ph.D membuat istilah baru yaitu prinsip-prinsip komunikasi. Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari definisi dan hakekat komunikasi yaitu :

Prinsip 1 : Komunikasi adalah suatu proses simbolik
Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan.

Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi
Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.

Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan
Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. Percakapan diantara dua orang sahabat dan antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki dimesi isi yang berbeda.

Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan
Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai)

Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktuPesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.

Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasiTidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.

Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik
Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.

Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi
Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.

Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial
Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti.

Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional
Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.

Prinsip 11 : komunikasi bersifat irreversible
Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut.

Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah
Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.

Prinsip-prinsip Dasar Komunikasi


Adapun prinsip-prinsip dasar komunikasi itu antara lain :
1. Adanya Proses Komunikasi
Apakah biasanya yang terjadi jika suatu proses komunikasi sedang berlangsung berikut ini adalah beberapa contoh kejadian yang oleh hampir tiap orang dinyatakan sebagai komunikasi.
a. Seorang anak kecil menangis di tengah malam mencari ibunya.
b. Seorang pengendara mobil menyembunyikan tuter (klakson) memperingatkan seorang penjalan kaki agar minggir.
c. Nyala lampu lalu lintas berubah dari hijau ke merah.
d. Seekor kucing mengeong karena ada kucing lain yang mau merebut ikan.
Dalam semua contoh di atas, pihak-pihak yang berpartisipasi atau dengan kata lain yang turut mengambil bagian dalam proses komunikasi, saling memanfaatkan atau berbagi informasi. Unsur dasar dalam komunikasi adalah informasi.
Proses yang mendasar dalam komunikasi adalah penggunaan bersama atau dengan kata lain ada yang memberi informasi (mengirim) dan ada yang menerima informasi. Penggunaan bersama di sini tidak harus yang memberi dan yang menerima harus saling berhadapan secara langsung akan tetapi bisa melalui media lain, seperti tulisan, isyarat, maupun yang berupa kode-kode tertentu yang bisa dipahami.
Kesimpulannya, bahwa dalam proses komunikasi, pihak-pihak peserta dalam komunikasi menciptakan pesan-pesan yang berupa informasi bisa berbentuk pola, isyarat ataupun simbol, dengan harapan akan mengutarakan suatu makna tertentu bagi peserta-peserta lain (penerima).
2. Makna yang Dikandung Pesan
Dalam bagian sebelum ini, pesan dibahas sebagai suatu kumpulan pola-pola isyarat-isyarat atau simbol-simbol, baik pola, isyarat maupun simbol itu sendiri tidak mempunyai makna, karena hanya berupa perubahan-perubahan wujud perantara yang berguna untuk komunikasi.
Makna adalah balasan terhadap pesan. Kita sudah mengetahui bahwa suatu pesan itu terdiri dari isyarat-isyarat atau simbol-simbol yang sebenarnya tidak mengandung makna. Makna baru timbul, jika ada seseorang yang menafsirkan isyarat atau simbol bersangkutan dan berusaha memahami artinya. Dari segi psikologis, isyarat atau simbol bertindak selaku perangsang untuk membangkitkan balasan di pihak penerima pesan.
Adapun makna balasan itu terbagi dua, yaitu :
a. Makna Penegas
Makna penegas adalah sejenis balasan yang menamakan atau menggambarkan objek yang ditujukan oleh suatu isyarat tertentu. Makna penegas mengenali, menunjuk dan memisahkan sesuatu. Misalnya : kursi. Kursi bukan meja, kursi bukan orang, kursi bukan rumah.
Isyarat dari masing-masing objek ini menonjolkan dan membedakannya dari objek lainnya. Inilah yang dilakukan oleh makna penegas.
b. Makna Tambahan
Makna tambahan adalah sejenis balasan dari segi perasaan, yang menyebabkan timbulnya reaksi terhadap suatu isyarat tertentu dengan perasaan takut, yakin, tidak senang dan sebagainya. Reaksi ini terpisah dari gambaran yang timbul dalam pikiran.
3. Menuju Suatu Model Proses Komunikasi yang Umum dan Memusat
Ada tiga model dalam proses komunikasi, yaitu :
a. Model Umpan Balik
Istilah “umpan balik” sering dipergunakan bagi informasi yang didapat kembali oleh sumber dari penerima tujuan “umpan balik” ini adalah guna menilai pengaruh pesannya atau untuk melihat sampai seberapa jauhkah si penerima memahami makna yang ada pada diri sumber mengenai pesan yang digunakan bersama. Umpan balik ini dapat berupa wajah penerima yang kelihatan bingung atau berupa pulangnya kembali seorang pasien dalam waktu satu bulan ke klinik, mengikuti petunjuk untuk mendapatkan satu seti pil anti hamil lagi. Kadang-kadang “umpan balik” terlambat sekali datangnya. Misalnya jika pasien baru datang kembali beberapa bulan keudian, tetapi dalam keadaan hamil kebali. Kadang-kadang sama sekali tidak terdapat umpan balik atau kalaupun datang sudah tidak berguna lagi; misalnya jika bom ang hendak diamankan meletus ketika sumbu ledaknya dicabut.
Jika pihak yang diajak berkomunikasi tidak atau kurang memahami maksud kita, susunlah sandi yang mirip dengan masalah tetapi berlainan wujudnya, agarjangan sampai pemahamannya tidak memencar.
b. Model Timbal Balik
Pada model timbal balik, proses komunikasi tidak hanya terbatas pada penerimaan sumber terhadap informasi mengenai pengaru pesannya (umpan-balik) pada diri penerima. Proses komunikasi ini tidak terhenti sesudah umpan balik, melainkan berbalik kembali ke peserta pertama. Dan pihak pertama ini menyusun pesan yang baru lagi. Jadi ingkarannya berulang kembali.
c. Model Komunikasi yang Memusat
Model komunikasi yang memusat, mirip wujudnya dengan model dua tahap, akan tetapi pada model komunikasi yang memusat perubahan arah yang diambil oleh peserta-peserta bergerak melingkar dan adanya pengertian bersama sebagai hasil akhir dala proses komunikasi. Di sini, pengertian bersama diperlakukan sebagai arah yang ideal atau sebagai hasil akhir yang ideal dalam proses komunikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Baraba, Faiz, CS, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Surabaya, Indah, 1994.

Karyono, Hari, Etika Komunikasi, Bandung: Angkasa, 1995.

Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1985.

Sehramm, D. Lawrence Kincaid dan Wilbul, Asas-asas Komunikasi Antar Manusia, Penerjemah Agus Setiadi, Jakarta. LP3ES, 1977.

Shadily, Hasan, Ensiklopedi Indonesia, Jakarta, Inchisar Baru van Hoeve, 1982.

BUMI BERGUNCANG DI RANAH MINANG

Rabu, sep 09

langit mendung menyelimuti kota padang.

TEKNOLOGI PENDIDIKAN