MODEL EVALUASI PEMBELAJARAN
Ada
banyak model yang bisa digunakan dalam melakukan evaluasi program khususnya
program pendidikan. Meskipun terdapat beberapa perbedaan antara model-model
tersebut, tetapi secara umum model-model tersebut memiliki persamaan yaitu
mengumpulkan data atau informasi obyek yang dievaluasi sebagai bahan
pertimbangan bagi pengambil kebijakan. (Suharsimi Arikunto dan Cecep Safruddin
Abdul Jabbar : 2004). Menurut Stephen Isaac dan Willian B. Michael ( 1984
: 7) model-model evaluasi dapat dikelompokan menjadi enam yaitu :
1. Goal Oriented Evaluation
Dalam model ini, seorang evaluator secara terus menerus
melakukan pantauan terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian yang
terus-menerus ini menilai kemajuan-kemajuan yang dicapai peserta program serta
efektifitas temuan-temuan yang dicapai oleh sebuah program. Salah satu model
yang bisa mewakili model ini adalah discrepancy model yang dikembangkan oleh
Provus. Model ini melihat lebih jauh tentang adanya kesenjangan (Discrepancy)
yang ada dalam setiap komponen yakni apa yang seharusnya dan apa yang secara
riil telah dicapai.
2. Decision Oriented Evaluation
Dalam model ini, evaluasi harus dapat memberikan landasan
berupa informasi-informasi yang akurat dan obyektif bagi pengambil kebijakan
untuk memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan program. Evaluasi CIPP yang
dikembangkan oleh stufflebeam merupakan salah satu contoh model evaluasi ini.
Model CIPP merupakan salah satu model yang paling sering dipakai oleh
evaluator. Model ini terdiri dari 4 komponen evaluasi sesuai dengan nama model
itu sendiri yang merupakan singkatan dari Context, Input, Process dan Product.
Evaluasi konteks (context evaluation) merupakan dasar dari
evaluasi yang bertujuan menyediakan alasan-alasan (rationale) dalam penentuan
tujuan (Baline R. Worthern & James R Sanders : 1979) Karenanya upaya yang
dilakukan evaluator dalam evaluasi konteks ini adalah memberikan gambaran dan
rincian terhadap lingkungan, kebutuhan serta tujuan (goal).
Evaluasi input (input evaluation) merupakan evaluasi yang
bertujuan menyediakan informasi untuk menentukan bagaimana menggunakan
sumberdaya yang tersedia dalam mencapai tujuan program. Evaluasi proses
(process evaluation) diarahkan pada sejauh mana kegiatan yang direncanakan
tersebut sudah dilaksanakan. Ketika sebuah program telah disetujui dan dimulai,
maka dibutuhkanlah evaluasi proses dalam menyediakan umpan balik (feedback)
bagi orang yang bertanggungjawab dalam melaksanakan program tersebut Evaluasi
Produk (product evaluation) merupakan bagian terakhir dari model CIPP. Evaluasi
ini bertujuan mengukur dan menginterpretasikan capaian-capaian program.
Evaluasi produk menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi pada input. Dalam
proses ini, evaluasi produk menyediakan informasi apakah program itu akan
dilanjutkan, dimodifikasi kembali atau bahkan akan dihentikan
3. Transactional Evaluation
Dalam model ini, evaluasi berusaha melukiskan proses sebuah
program dan pandangan tentang nilai dari orang-orang yang terlibat dalam
program tersebut.
4. Evaluation
Research
Sebagaimana disebutkan diatas, penelitian evaluasi
memfokuskan kegiatannya pada penjelasan dampak-dampak pendidikan serta mencari
solusi-solusi terkait dengan strategi instruksional.
5. Goal Free Evaluation
5. Goal Free Evaluation
Model yang dikembangkan oleh Michael Scriven ini yakni Goal
Free Evaluation Model justru tidak memperhatikan apa yang menjadi tujuan
program sebagaimana model goal oriented evaluation. Yang harus diperhatikan
justru adalah bagaimana proses pelaksanaan program, dengan jalan
mengidentifikasi kejadian-kejadian yang terjadi selama pelaksanaannya, baik
hal-hal yang positif maupun hal-hal yang negatif.
6. Adversary
Evaluation
Model ini didasarkan pada prosedur yang digunakan oleh
lembaga hukum. Dalam prakteknya, model adversary terdiri atas empat tahapan
yaitu :
1.
Mengungkapkan rentangan isu yang luas
dengan cara melakukan survey berbagai kelompok yang terlibat dalam satu program
untuk menentukan kepercayaan itu sebagai isu yang relevan.
2.
Mengurangi jumlah isu yang dapat
diukur.
3.
Membentuk dua tim evaluasi yang
berlawanan dan memberikan kepada mereka kesempatan untuk berargumen.
4.
Melakukan sebuah dengar pendapat yang formal.
Tim evaluasi ini kemudian mengemukakan argument-argumen dan bukti sebelum
mengambil keputusan.
No comments:
Post a Comment