Pendekatan Dalam
Evaluasi Program Pembelajaran
Pendekatan
Evaluasi adalah beberapa pendapat tentang apa tugas evaluasi, bagaimana
evaluator melakukan evaluasi, dengan kata lain pendekatan evaluasi adalah beberapa
prosedur dan tujuan evaluasi.
Ada
beberapa pendekatan dalam evaluasi program, setiap pendekatan member petunjuk
bagaimana memperoleh informasi yang berguna dalam beberapa kondisi. Semua
pendekatan paling tidak mempunyai tujuan yang sama yaitu bagaimana memperoleh
informasi yang berarti atau tepat untuk pemakai atau klien.
- Pendekatan Eksperimental
Pendekatan
Eksperimental yaitu evaluasi yang
berorientasi pada penggunaan eksperimental
science dalan program evaluasi. Pendekatan ini berasal dari control
eksperimen yang biasanya di lakukan dalam penelitian akademik. Tujuan Evaluator
yaitu untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat umum tentang dampak suatu
program tertentu yang mengontrol sebanyak banyaknya factor dan mengisolasi
pengaruh program.
Adapun
yang di lakukan evaluator pada pendekatan eksperimental, sama seperti seorang
peneliti, yaitu evaluator menciptakan situasi yang diskontrol, di mana beberapa
subjek menerima perlakuan, sedangkan yang lainnya tidak, dan membandingkan
kedua kelompok untuk melihat dampak program. Evaluator memakai teknik dasar
disain eksperimental acak, kelompok control, dan analisis longitudinal untuk
menarik kesimpulan tentang dampak perlakuan.
Kelebihan
dari pendekatan eksperimental ini adalah kemampuannya dalam menarik kesimpulan
yang relative obyektif, generalisasi jawaban terhadap pertanyaan program yang
bersangkuta. Hal ini membuat pendekatan ini lebih popular, dan terpercaya, dan
di sukai pemakai serta pembuat keputusan.
Kelemahan
dari pendekatan ini adalah karena pendekatan ini membuat evaluator sebagai
orang ketiga yang objektif dalam program yang menjalankan prisip-prinsip disain
penelitian dalam situasi pengevaluasian untuk memperoleh inforamsi yang tidak
di ragukan kebenarannya atas dampak program. Dengan posisi evaluator yang
seperti itu, jarang ada klien yang mengerti pentingnya konsistensi acak, dan
lain-lain yang di lakukan oleh evaluator.
- Pendekatan yang Berorientasi pada Tujuan ( Goal Oriented Approach )
Cara
yang paling ,logis untuk merencanakan suatu program yaitu merumuskan tujuan
umum dan tujuan khusus dan membentuk kegiatasn program untuk mencapai tujuan
tersebut. Hal yang sama juga di peroleh pada pendekatan orientasi tujuan
evaluasi. Pendekatan ini memakai tujuan program sebagai kriteria untuk menentukan
keberhasilan. Evaluator mencoba mengukur sampai di mana pencapaian tujuan telah
di capai.
Pendekatan
ini memberi petunjuk kepada pengembangan program, menjelaskan hubungan antara
kegiatan khusus yang di tawarkan dan hasil yang akan di capai. Peserta tidak
hanya harus menjelaskan hubungan tersebut di atas, tetapi juga harus menentukan
hasil yang diinginkan dengan rumusan yang dapat di ukur. Dengan demikian ada
hubungan yang logis antara kegiatan, hasil, dan prosedur pengukuran hasil.
Selain
itu, evaluator juga dapat membantu klien menerangkan rencana penerapan dan
melihat proses pencapaian tujuan yang memperlihatkan kemampuan program
menjalankan kegiatan sesuai rencana. Begitu tujuan umum dan tujuan khusus
terjelaskan, tugas evaluator menentukan sampai sejauh mana tujuan program telah
tercapai.
Bermacam-macam
alat ukur akan di pakai untuk melakukan tugas ini, tergantung pada tujuan yang
akan di ukur. Dalam hal ini keberhasilan di ukur dengan kriteria program khusus
bukan dengan kelompok control atau dengan program lain seperti halnya dalam
pendekatan eksperimen.
Kelebihan
pendekatan yang berorientasi pada tujuan ini ialah terletak pada hubungan
antara tujuan dan kegiatan dan penekanan pada elemen yang penting dalam program
yang melibatkan individu pada elemen khusus bagi mereka.
Keterbatasan
pendekatan ini yaitu kemungkinan evaluasi ini melewati konsekuens yang tidak di
harapkan akan terjadi.
- Pendekatan yang Berfokus kepada Keputusan (The Decision Focused Approach)
Pendekatan
evaluasi yang berfokus pada keputusan, menekankan pada peranan informasi yang
sistematik untuk pengelola program dalam menjalankan tugasnya. Sesuai dengan
pandangan ini, informasi akan amat berguna apabila dapat membantu para
pengelola program membuat keputusan. Oleh sebab itu, kegiatan evaluai harus di
rencanakan sesuai dengan kebutuhan untuk keputusan program.
Pada
tingkat perencanaan, pembuat program memerlukan informasi tentang masalah dan
kapasitas organisasi. Selama dalam tingkat implementasi administrator
memerlukan informasi tentang proses yang sedang berjalan. Bila program sudah
sesuai, keputusan-keputusan penting akan di buat berdasarkan hasil yang di
capai. Evaluator harus mengetahui dan
mengerti perkembangan program dan harus siap menyediakan bermacam-macam
informasi pada bermacam-macam waktu.
Evaluator
memerlukan dua macam informasi dari klien, pertama
ia harus mengetahui butir-butir keputusan penting pada setiap periode selama
program berjalan. Kedua, ia perlu
mengetahui macam informasi yang mungkin akan sangat berpengaruh untuk setiap keputusan.
Keunggulan
dari pendekatan ini ialah perhatiannya terhadap kebutuhan pembuat keputusan
yang khusus dan pengaruh yang makin
besar pada keputusan program yang relevan. Sedangkan keterbatasan pendekatan ini adalah banyak keputusan penting di buat
tidak pada waktu yang tepat, tetapi pada waktu yang kurang tepat. Seringkali
banyak keputusan tidak dibuat berdasarkan data, tetapi tergantung pada impresi
perorangan, politik, parasaan, kebutuhan pribadi, dan lain-lain.
- Pendekatan yang berorientasi pada pemakai
Sejumlah
peneliti mengembangkan pendekatan baru yang menekankan perluasan pemakaian
informasi. Hal ini di sebut dengan pendekatan the user oriented. Yaitu, pemakai informasi yang potensial adalah
yang menjadi tujuan utama.
Evaluator
menfokuskan evaluasi dengan membentuk kelompok pemakai. Selanjutnya, kelompokm
tersebut akan menolong membuat kerangka evaluasi, merumuskan
pertanyaan-pertanyaan yang penting, menilih strategi pengukuran, meriviu hasil
awal dan menggiring mereka segera bertindak dan akhirnya menerima hasil
evaluasi.
Kelebihan
pendekatan ini adalah perhatiannya terhadap individu yang berurusan dengan
program dan perhatiannya terhadap informasi yang berguna untuk individu
tersebut. Serta hasil evaluasi akan selalu terpakai.
Keterbatasan
pendekatan ini adalah ketergantungannya terhadap kelompok yang sama dan
kelemahan ini bertambah besar pengaruhnya sehingga hal-hal lain di luar itu
kurang mendapat perhatian. Kelompok itu dapat berganti komposisi berkali-kali
dan ini dapat mengganggu kelangsungan atau kelancaran kegiatan evaluasi.
Akhirnya, mereka yang lebih banyak bicara dan lebih persuasive dapat
berpengaruh lebih besar.
Pada
pendekatan ini, evaluator lebih menaruh perhatian pada situasi dan hubungan
antarpersonal daripada aturan penelitian atau pada keperluan pengukuran. Sampai
saat tertentu, evaluator seolah-olah sebagai siswa organisasi, juga sebagai
pengamat (observer) dan dinamika
program.
Patton
(1986) menamakan pendekatan ini sebagai “active,
reactive, adptive “ dimana evaluator memberikan ide kepada kelompok
pemakai, menerima saran mereka, dan mengadaptasikan evaluasi sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan klien atau pemakai.Evaluator yang menganut pendekatan ini
haruslah seorang omunikator yang efektif. Karena interaksi dengan klien dan
orang program dapat mempengaruhi kegunaan hasil, kemampuan berkomunikasi amat
penting.
- Pendekatan yang Responsif
Evaluasi
responsif percaya bahwa evaluasi yang berarti yaitu yang mencari pengertian
suatu isu dari berbagai sudut pandangan dari semua orang yang terlibat, yang
berminat, dan yang berkepentingan dengan program. Tujuan evaluator adalah
berusaha mengerti urusan program melalui berbagai sudut pandangan yang berbeda.
Evaluasi
responsive ditandai oleh cirri-ciri penelitian yang kualitatif, naturalistic,
bukan kuantitatif. Evaluator mengandalkan observasi yang langsung atau tidak
langsung terhadap kejadian dan interpretasi data yang impresionistik. Evaluator
mengobservasi, merekam, menampi data, mengecek pengetahuan awal (preminilary understanding) peserta program, dan mencoba membuat model
yang mencerminkan pandangan berbagai kelompok.
Elemen
yang terpenting dalam pendekatan responsive ini yaitu pengumpulan dan
menyintesis data. Data utama dalam pendekatan responsive yaitu observasi
langsung dan tidak langsung, dan bentuk laporan ialah studi kasus atau gambaran
yang deskriptif. Evaluator bertindak sebagai organisator antropologis, pencari
pengertian realitas melalui prespektif orang program, peserta program, dan
kelompok lain yang di pengaruhi oleh program tersebut.
Kelebihan
pendekatan responsif ini ialah kepekaannya terhadap berbagai titik pandangan,
dan kemampuannya mengakomodasikan pendapat yang ambigis dan tidak focus.
Pendekatan responsif dapat beroperasi dalam situasi dimana terdapat banyak
perbedaan minat dari kelompok yang berbeda-beda, karena mereka dapat mengatur
pendapat tersebut dengan cara yang tepat. Evaluasi responsif dapat mendorong
proses perumusan masalah dengan menyediakan informasi yang dapat menolong orang
mengerti isu lebih baik.
Keterbatasan
pendekatan ini adalah keengganannya membuat prioritas atau penyederhadanaan
informasi untuk pemegang keputusan dan kenyataan yang praktis tidak mungkin
menampung semua sudut pandangan dari berbagai kelompok.
Pengaruh
pendakatan ini terhadap pemfokusan evaluasi ialah evaluator mengahbiskan banyak
waktu bicara dengan klien, mengamati kegiatan program, mencoba menyaring
hal-hal yang di pandang penting oleh klien, dan masalah-masalah, konsep-konsep
dan isu-isu dari berbagai sudut pandangan. Evaluator harus dapat menempatkan
diri di tempat orang lain. Dia tak boleh membuat kesimpulan sendiri, tapi lebih
pada pihak memeriksa dan mengecek kembali kepastian pada sumber data primer.
- Goal Free Evaluation (evaluasi bebas tujuan)
Scriven
mengatakan fungsi evaluasi bebas tujuan adalah untuk mengurangi bias dan
menambah objektifitas. Berikut ini merupakan cirri-ciri evaluasi bebas tujuan :
a.
Evaluator senagja menghindar untuk
mengetahui tujuan program
b.
Tujuan telah di rumuskan terlebih dahulu
tidak di benarkan menyempitkan focus evaluasi
c.
Evaluasi bebas tujuan berfokus pada
hasil yang sebenarnya, bukan pada hasil yang di rencanakan.
d.
Hubungan evaluator dan menejer atau
dengan karyawan proyek di buat seminimal mungkin
e.
Evaluasi menambah kemungkinan di
temukannya dampak yang di ramalkan.
No comments:
Post a Comment