Pendekatan Dalam Evaluasi Program Pembekajaran


Pendekatan Dalam Evaluasi Program Pembelajaran

Pendekatan Evaluasi adalah beberapa pendapat tentang apa tugas evaluasi, bagaimana evaluator melakukan evaluasi, dengan kata lain pendekatan evaluasi adalah beberapa prosedur dan tujuan evaluasi.
Ada beberapa pendekatan dalam evaluasi program, setiap pendekatan member petunjuk bagaimana memperoleh informasi yang berguna dalam beberapa kondisi. Semua pendekatan paling tidak mempunyai tujuan yang sama yaitu bagaimana memperoleh informasi yang berarti atau tepat untuk pemakai atau klien.

  1. Pendekatan Eksperimental
Pendekatan Eksperimental yaitu evaluasi yang berorientasi pada penggunaan eksperimental science dalan program evaluasi. Pendekatan ini berasal dari control eksperimen yang biasanya di lakukan dalam penelitian akademik. Tujuan Evaluator yaitu untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat umum tentang dampak suatu program tertentu yang mengontrol sebanyak banyaknya factor dan mengisolasi pengaruh program.
Adapun yang di lakukan evaluator pada pendekatan eksperimental, sama seperti seorang peneliti, yaitu evaluator menciptakan situasi yang diskontrol, di mana beberapa subjek menerima perlakuan, sedangkan yang lainnya tidak, dan membandingkan kedua kelompok untuk melihat dampak program. Evaluator memakai teknik dasar disain eksperimental acak, kelompok control, dan analisis longitudinal untuk menarik kesimpulan tentang dampak perlakuan.
Kelebihan dari pendekatan eksperimental ini adalah kemampuannya dalam menarik kesimpulan yang relative obyektif, generalisasi jawaban terhadap pertanyaan program yang bersangkuta. Hal ini membuat pendekatan ini lebih popular, dan terpercaya, dan di sukai pemakai serta pembuat keputusan.
Kelemahan dari pendekatan ini adalah karena pendekatan ini membuat evaluator sebagai orang ketiga yang objektif dalam program yang menjalankan prisip-prinsip disain penelitian dalam situasi pengevaluasian untuk memperoleh inforamsi yang tidak di ragukan kebenarannya atas dampak program. Dengan posisi evaluator yang seperti itu, jarang ada klien yang mengerti pentingnya konsistensi acak, dan lain-lain yang di lakukan oleh evaluator.

  1. Pendekatan yang Berorientasi  pada Tujuan ( Goal Oriented Approach )
Cara yang paling ,logis untuk merencanakan suatu program yaitu merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus dan membentuk kegiatasn program untuk mencapai tujuan tersebut. Hal yang sama juga di peroleh pada pendekatan orientasi tujuan evaluasi. Pendekatan ini memakai tujuan program sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan. Evaluator mencoba mengukur sampai di mana pencapaian tujuan telah di capai. 
Pendekatan ini memberi petunjuk kepada pengembangan program, menjelaskan hubungan antara kegiatan khusus yang di tawarkan dan hasil yang akan di capai. Peserta tidak hanya harus menjelaskan hubungan tersebut di atas, tetapi juga harus menentukan hasil yang diinginkan dengan rumusan yang dapat di ukur. Dengan demikian ada hubungan yang logis antara kegiatan, hasil, dan prosedur pengukuran hasil.
Selain itu, evaluator juga dapat membantu klien menerangkan rencana penerapan dan melihat proses pencapaian tujuan yang memperlihatkan kemampuan program menjalankan kegiatan sesuai rencana. Begitu tujuan umum dan tujuan khusus terjelaskan, tugas evaluator menentukan sampai sejauh mana tujuan program telah tercapai.
Bermacam-macam alat ukur akan di pakai untuk melakukan tugas ini, tergantung pada tujuan yang akan di ukur. Dalam hal ini keberhasilan di ukur dengan kriteria program khusus bukan dengan kelompok control atau dengan program lain seperti halnya dalam pendekatan eksperimen.
Kelebihan pendekatan yang berorientasi pada tujuan ini ialah terletak pada hubungan antara tujuan dan kegiatan dan penekanan pada elemen yang penting dalam program yang melibatkan individu pada elemen khusus bagi mereka.
Keterbatasan pendekatan ini yaitu kemungkinan evaluasi ini melewati konsekuens yang tidak di harapkan akan terjadi.

  1. Pendekatan yang Berfokus kepada Keputusan (The Decision Focused Approach)
Pendekatan evaluasi yang berfokus pada keputusan, menekankan pada peranan informasi yang sistematik untuk pengelola program dalam menjalankan tugasnya. Sesuai dengan pandangan ini, informasi akan amat berguna apabila dapat membantu para pengelola program membuat keputusan. Oleh sebab itu, kegiatan evaluai harus di rencanakan sesuai dengan kebutuhan untuk keputusan program.
Pada tingkat perencanaan, pembuat program memerlukan informasi tentang masalah dan kapasitas organisasi. Selama dalam tingkat implementasi administrator memerlukan informasi tentang proses yang sedang berjalan. Bila program sudah sesuai, keputusan-keputusan penting akan di buat berdasarkan hasil yang di capai.  Evaluator harus mengetahui dan mengerti perkembangan program dan harus siap menyediakan bermacam-macam informasi pada bermacam-macam waktu.
Evaluator memerlukan dua macam informasi dari klien, pertama ia harus mengetahui butir-butir keputusan penting pada setiap periode selama program berjalan. Kedua, ia perlu mengetahui macam informasi yang mungkin akan sangat  berpengaruh untuk setiap keputusan.
Keunggulan dari pendekatan ini ialah perhatiannya terhadap kebutuhan pembuat keputusan yang  khusus dan pengaruh yang makin besar pada keputusan program yang relevan. Sedangkan keterbatasan pendekatan ini adalah banyak keputusan penting di buat tidak pada waktu yang tepat, tetapi pada waktu yang kurang tepat. Seringkali banyak keputusan tidak dibuat berdasarkan data, tetapi tergantung pada impresi perorangan, politik, parasaan, kebutuhan pribadi, dan lain-lain.


 
  1. Pendekatan yang berorientasi pada pemakai
Sejumlah peneliti mengembangkan pendekatan baru yang menekankan perluasan pemakaian informasi. Hal ini di sebut dengan pendekatan the user oriented. Yaitu, pemakai informasi yang potensial adalah yang menjadi tujuan utama.
Evaluator menfokuskan evaluasi dengan membentuk kelompok pemakai. Selanjutnya, kelompokm tersebut akan menolong membuat kerangka evaluasi, merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang penting, menilih strategi pengukuran, meriviu hasil awal dan menggiring mereka segera bertindak dan akhirnya menerima hasil evaluasi.
Kelebihan pendekatan ini adalah perhatiannya terhadap individu yang berurusan dengan program dan perhatiannya terhadap informasi yang berguna untuk individu tersebut. Serta hasil evaluasi akan selalu terpakai.
Keterbatasan pendekatan ini adalah ketergantungannya terhadap kelompok yang sama dan kelemahan ini bertambah besar pengaruhnya sehingga hal-hal lain di luar itu kurang mendapat perhatian. Kelompok itu dapat berganti komposisi berkali-kali dan ini dapat mengganggu kelangsungan atau kelancaran kegiatan evaluasi. Akhirnya, mereka yang lebih banyak bicara dan lebih persuasive dapat berpengaruh lebih besar.
Pada pendekatan ini, evaluator lebih menaruh perhatian pada situasi dan hubungan antarpersonal daripada aturan penelitian atau pada keperluan pengukuran. Sampai saat tertentu, evaluator seolah-olah sebagai siswa organisasi, juga sebagai pengamat (observer) dan dinamika program.
Patton (1986) menamakan pendekatan ini sebagai “active, reactive, adptive “ dimana evaluator memberikan ide kepada kelompok pemakai, menerima saran mereka, dan mengadaptasikan evaluasi sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan klien atau pemakai.Evaluator yang menganut pendekatan ini haruslah seorang omunikator yang efektif. Karena interaksi dengan klien dan orang program dapat mempengaruhi kegunaan hasil, kemampuan berkomunikasi amat penting.

  1. Pendekatan yang Responsif
Evaluasi responsif percaya bahwa evaluasi yang berarti yaitu yang mencari pengertian suatu isu dari berbagai sudut pandangan dari semua orang yang terlibat, yang berminat, dan yang berkepentingan dengan program. Tujuan evaluator adalah berusaha mengerti urusan program melalui berbagai sudut pandangan yang berbeda.
Evaluasi responsive ditandai oleh cirri-ciri penelitian yang kualitatif, naturalistic, bukan kuantitatif. Evaluator mengandalkan observasi yang langsung atau tidak langsung terhadap kejadian dan interpretasi data yang impresionistik. Evaluator mengobservasi, merekam, menampi data, mengecek pengetahuan awal (preminilary understanding)  peserta program, dan mencoba membuat model yang mencerminkan pandangan berbagai kelompok.
Elemen yang terpenting dalam pendekatan responsive ini yaitu pengumpulan dan menyintesis data. Data utama dalam pendekatan responsive yaitu observasi langsung dan tidak langsung, dan bentuk laporan ialah studi kasus atau gambaran yang deskriptif. Evaluator bertindak sebagai organisator antropologis, pencari pengertian realitas melalui prespektif orang program, peserta program, dan kelompok lain yang di pengaruhi oleh program tersebut.
Kelebihan pendekatan responsif ini ialah kepekaannya terhadap berbagai titik pandangan, dan kemampuannya mengakomodasikan pendapat yang ambigis dan tidak focus. Pendekatan responsif dapat beroperasi dalam situasi dimana terdapat banyak perbedaan minat dari kelompok yang berbeda-beda, karena mereka dapat mengatur pendapat tersebut dengan cara yang tepat. Evaluasi responsif dapat mendorong proses perumusan masalah dengan menyediakan informasi yang dapat menolong orang mengerti isu lebih baik.
Keterbatasan pendekatan ini adalah keengganannya membuat prioritas atau penyederhadanaan informasi untuk pemegang keputusan dan kenyataan yang praktis tidak mungkin menampung semua sudut pandangan dari berbagai kelompok.
Pengaruh pendakatan ini terhadap pemfokusan evaluasi ialah evaluator mengahbiskan banyak waktu bicara dengan klien, mengamati kegiatan program, mencoba menyaring hal-hal yang di pandang penting oleh klien, dan masalah-masalah, konsep-konsep dan isu-isu dari berbagai sudut pandangan. Evaluator harus dapat menempatkan diri di tempat orang lain. Dia tak boleh membuat kesimpulan sendiri, tapi lebih pada pihak memeriksa dan mengecek kembali kepastian pada sumber data primer.

  1. Goal Free Evaluation (evaluasi bebas tujuan)
Scriven mengatakan fungsi evaluasi bebas tujuan adalah untuk mengurangi bias dan menambah objektifitas. Berikut ini merupakan cirri-ciri evaluasi bebas tujuan :
a.       Evaluator senagja menghindar untuk mengetahui tujuan program
b.      Tujuan telah di rumuskan terlebih dahulu tidak di benarkan menyempitkan focus evaluasi
c.       Evaluasi bebas tujuan berfokus pada hasil yang sebenarnya, bukan pada hasil yang di rencanakan.
d.      Hubungan evaluator dan menejer atau dengan karyawan proyek di buat seminimal mungkin
e.       Evaluasi menambah kemungkinan di temukannya dampak yang di ramalkan.

No comments: